Jumat, 17 Juni 2016

Bodoh

Bodoh, sangat-sangat bodoh. Dan aku sekarang bingung siapa yang hendak dipersalahkan. Semuanya terjadi dalam diriku, dan hanya aku, tak seorangpun terlibat dalam kesalahan ini. Kesalahan fatal yang tak pernah dikehendaki, memang seharusnya tak terjadi dan tak boleh terjadi.
Semuanya benar-benar diluar kendali, tak kuasa aku mengendalikannya. Mata ini, ya mata ini untuk sesaat benar-benar berontak. Entah apa sebabnya. Oh ya mungki karena orang asing itu. Kusebut orang asing karena memang untuk beberapa lamanya__sampai aku tak sadar seberapa lama __orang itu benar-benar asing, tak sedikitpun darinya yang aku ketahui. Sinyal-sinyal yang menyebutkan semua itu familiar pun belum sempat menjalar dalam sarafku. Semuanya terasa begitu kaku dan beku. Terkecuali mata ini, dengan sangat berani dan tanpa malu-malu menguliti sesosok asing itu.
Sebelum akhirnya kusadari, ternyata dia, seoarang yang pernah membuat hidupku begitu susah. Susah dijalani ketika itu, diingat untuk sekarang, ataupun sekedar dilupakan. Semuanya tak bisa kulakukan. Ingin rasanya kumaki, bisa-bisaya mata yang memaksaku tetap menatapnya itu tidak selaras dengan jalan pikiranku.
Tapi bagaimanapun tak bisa disangkal, sejurus kemudian secercah cahaya terasa menerangi dunia yang gelap, perasaan tak menentu tiba-tiba muncul, degup jantung mengencang semaunya, ada suatu kenyamanan tak terkira yang sempat singgah, membuat ujung bibir tertarik ke atas.
Setidaknya kebodohan ini mengingatkanku seperti apa caranya tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar